Kerajaan Inderapura terletak di Muaro
Kerajaan inderapura ini pernah mengalami kejayaan pada abad ke XVII-XVIII.
Samuderapura yang menjadi Bandar kerajaan Inderapura sangat ramai dikunjungi oleh kapal-kapal dagang eropa,
Kerajaan ini menjadi rebutan dari berbagai pihak dikarenakan posisinya sebagai
Hal ini dapat bertahan agak lama karena Kerajaan Inderapura juga memiliki armada laut yang kuat.
Dalam beberapa cerita di masyarakat ada yang mengatakan kalau kerajaan Inderapura berada dibawah kekuasaan pagaruyung,tetapi sampai saat ini tidak satupun bukti yang dapat membuktikan Kerajaan Inderapura ini tunduk kepada Kerajaan Pagaruyung.
Hal ini dapat dilihat dari cara Kerajaan Inderapura mengurus kerajaannya baik keluar maupun kedalam.
Tidak tersebut nama pagaruyung ketika Kesultan Aceh menanamkan pengaruhnya di Inderapura.Juga tentang batas kerajaan Inderapura yang hamper sama dengan batas-kerajaan pagaruyung. Ke utara sampai ke natal airbangis,ke selatan sampai teratak air hitam,ketimur sampai ke Durian ditakuk raja dan sebelah barata adalah samudera
Hal ini memang menjadi pertanyaan yang masih misterius untuk diungkapkan apakah ada hubungan antara Kerajaan Inderapura ini denagn kerajaan Pagaruyung.
Walau sekarang Kerajaan Inderapura sudah tidak ada lagi tetapi bekas-bekas kerajaan itu masih dapat kita jumpai di Muaro
Untuk mencapai lokasi bekas kerajaan Inderapura ini melalui jalan darat adalah dari Padang menuju Painan kabupaten Pesisir Selatan terus ke Inderapura kecamatan pancung Soal,setiba di Inderapura belok ke kanan ke arah Muaro sakai.sesampai di Pasar Minggu Muaro sakai wisatawan cari rumah yang ada meriamnya.Disini tanya nama Siti Agustina atau lebih dikenal dengan nama Uniang Gustina atau Bapak St.Zainal Arifin Abas kedua nama tersebut adalah ahli waris dari kerajaan Inderapura atau Bapak Mardiyon (oyon las) bapak ini merupakan sumando dirumah tersebut.
Wisatawan akan memperoleh penjelasan tentang kerajaan Inderapura dari orang-orang tersebut.
Selamat menelusuri Jejak-jejak kerajaan Inderapura yang pernah jaya dahulunya di bumi ranah minang ini.(Basriandi Abbas)